Pengalaman Vaksinasi Meningitis dan Polio untuk Umroh

1 Oktober 2025

Sore-sore aku berangkat ke rumah sakit deket rumah. Aku nggak sendiri, aku bersama beberapa anggota keluarga. Suasana rumah sakit bisa dikatakan sepi. Orang-orang yang punya kebutuhan bisa dihitung jari. Saat baru datang, rasanya kayak excited sama nervous dikit, soalnya ini salah satu tahapan buat persiapan umroh. Yap, aku mau vaksin meningitis dan polio karena wajib. Kewajiban vaksinasi polio selain meningitis ternyata baru diberlakukan April 2025 (berdasarkan rilis berita ini).


Begitu sampai, langsung daftar dulu. Nanti ada beberapa halaman yang harus diisi. Ada surat pernyataan dan checklist form. Setelah terisi, langsung diserahkan kembali. Aku dan yang lain menunggu kabar selanjutnya selama beberapa menit. Nggak lama, satu persatu dipanggil buat pemeriksaan awal. Prosedurnya sama kayak medical check up: dicek berat badan, tensi, hingga suhu tubuh. Pas nimbang berat badan pakai timbangan digital, aku nggak expect berat badanku lebih rendah dari berat badan yang aku tahu saat nimbang di rumah. Di rumah bisa sampai 65 kg, eh pas nimbang di rumah sakit 59 kg. Tentu senang dong. Apalagi tinggi badanku kurang lebih 160 cm. Lumayan ideal kan? Meskipun aku masih ngerasa buncit sih.

Maaf, malah gagal fokus. Lanjut ke masa pemeriksaan awal. Perawatnya (?) nanya, “Ada riwayat penyakit tertentu? Ada alergi?” Aku cuma geleng-geleng tipis sambil jawab, "Nggak."

Terus, part yang baru aku tahu: ternyata semua orang berjenis kelamin wanita diwajibkan tes urin dulu untuk pregnancy test. Yes, semua. Termasuk yang belum menikah pun tetep harus. Aku masuk toilet kecil itu, bawa wadah mungil, lakukan itu, lalu balik lagi kasih wadah yang berhasil terisi sedikit itu ke perawat yang berbeda dari perawat di pemeriksaan awal.


Nunggu beberapa saat. Hasilnya pun keluar lumayan cepat, sekitar 10 menit mungkin. Kemudian, langsung menyerahkan kertas hasil tes itu ke meja admin. 

Setelah itu, giliran dipanggil satu-satu ke ruang poli bedah. Saat giliranku akhirnya tiba, aku duduk di kursi yang telah disediakan, deg-degan dikit. Perawatnya (?) tanya beberapa pertanyaan standar (yang aku udah lupa total) tapi kira-kira seperti ini, “Ada riwayat penyakit?", "Pernah melakukan vaksinasi dalam periode tiga bulan?” Lagi-lagi aku jawab, "Nggak." Aku bisa ngerasain petugasnya udah hafal banget ritme tanya-jawab ini.

Setelah itu, masuk ke tahap inti: penyuntikan. Aku disuruh tarik napas panjang dan tanpa pandang bulu, terjadilah. Tangan kiri disuntik vaksin meningitis bernama Menivax, tangan kanan disuntik vaksin polio bernama Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV). Karena darahku setelah disuntik IPV masih keluar (meskipun dikit banget), hanya tangan kananku yang dikasih plester.

Finally, dua suntikan dalam hitungan menit. Selesai.

Setelah selesai, aku kira ya udah, beres. Tapi ternyata tubuh mulai 'bicara' beberapa jam kemudian. Awalnya nggak ada apa-apa. Aku bahkan masih sempat makan sama keluarga di luar, kayak normal aja gitu. Tapi malamnya… barulah kerasa.

Tangan kiri yang abis disuntik Menivax, di aku berasa lebih berat efeknya. Pegel, agak berat, dan bikin posisi tidur agak tricky. Mau miring ke kiri? PR banget, karena lengan langsung protes.

Tangan kanan yang abis disuntik IPV, untungnya jauh lebih ringan sih efeknya, tapi tetap ada sensasi nyeri halus yang sedikit ganggu kalau dipakai gerak. Ibaratnya kayak habis olahraga tanpa pemanasan dulu.

Setelah mengalami sendiri, aku sadar vaksin itu bukan cuma 'tusuk jarum lalu selesai' tapi ada after effect yang harus ditahan. Efek sampingnya tentu bisa berbeda-beda tiap individu. Durasinya juga mungkin berbeda. Tapi setahuku hanya satu hingga dua hari aja. Lebih dari itu, baiknya langsung ke tim medis profesional untuk penanganan lebih lanjut. Tapi nggak menutup kemungkinan ada juga yang nggak mengalami efek samping.

Besoknya, efek pegel masih ada sih (terutama di lengan kiri), tapi udah cukup mendingan. Aku coba stretching ringan, gerakin tangan pelan-pelan biar nggak kaku. Minum air putih juga yang banyak, sepertinya ini membantu.

Aku notice juga kalau pegel meningitis di kiri itu jauh lebih kerasa daripada polio di kanan. Jadi kalau harus pilih, mendingan suntikan polio, lebih bersahabat. Tapi ya nggak bisa pilih juga sih, dua-duanya harus.

Total biaya yang dikeluarkan untuk dua vaksin ini sekitar 600ribuan.

Jujur, pengalaman vaksin kali ini lebih emosional daripada waktu aku vaksin pas pandemi tempo hari. Bedanya, kalau dulu vaksin COVID kayak mandatory demi kesehatan publik, sekarang vaksin ini spesifik untuk satu tujuan spiritual: umroh.
 
One step closer to Baitullah.

post signature

Posting Komentar

Tinggalkan jejak yuk ^^ Jangan pelit- pelit~ ❤