Kembali Berkontribusi di IDN Times

24 September 2025

Pernah nggak sih kamu punya aktivitas yang dulu kamu suka lakukan namun pada akhirnya kamu tinggalin karena berbagai alasan? Terus beberapa tahun kemudian, kamu nemu sesuatu yang bikin api semangat itu berkobar lagi. That’s exactly what happened to me.

Aku masih ingat banget terakhir kali submit artikel ke IDN Times itu tahun 2018. Lama banget ya kalau dipikir-pikir. Bukan cuma setahun dua tahun itu mah. Dulu, waktu awal jadi kontributor, aku tuh semangat 45 banget. Tahun 2018 itu aku cukup aktif nulis di IDN Times. Ide-ide ngalir, semangat masih full bar, dan setiap kali artikel publish tuh rasanya kayak dapet achievement badge. Bawaannya suka buka dashboard kontributor tiap kali online buat mantengin perubahan status. Dengan harapan, banyak tulisan yang statusnya berakhir di Publish.

Sayangnya banyak artikelku yang nggak ada kabar. Bayangin, udah riset, nulis lama, edit berkali-kali, tapi statusnya cuma mandek di On Hold. Aku tahu banyak saingan dan tentu aja kiriman tulisan dari mereka semua nggak cuma satuan dan puluhan, pasti ada banyak banget. Tapi kalau digantung, bawaannya tuh nggak pasti. Faktor itulah yang bikin semangatku mulai kendor hingga akhirnya padam.

Waktu berjalan hingga tibalah September 2025. Lagi asik scrolling Threads, eh aku nemu seseorang yang sharing artikelnya dimuat di IDN Times. Postingan singkat itu bikin aku mikir, "Eh iya ya, aku dulu juga pernah kontribusi di sana. Kenapa nggak coba lagi? Worst case, ditolak dan digantung lagi. Best case, ada yang publish. At least, aku bisa membangun kebiasaan nulis lagi."

And boom... nggak lama, aku memutuskan untuk login lagi ke akun IDN Times-ku yang udah berdebu.



Akhirnya, aku bikin challenge ke diri sendiri: aku harus submit minimal satu tulisan setiap hari. Dan syukurlah... demi apa, aku berhasil. Dari tanggal 13 hingga 22 September aku bener-bener bisa kirim satu tulisan. Bener-bener nggak ada bolong, sepuluh hari berturut-turut.

Rasanya gimana? Campur aduk. Antara bangga, lega, tapi juga deg-degan. Karena dari sepuluh tulisan itu, baru satu yang lolos moderasi dan sudah tayang. Sembilan sisanya masih menggantung di status On Hold. Semoga kabar baik yang nantinya kuterima. Aamiin.


Yang mau baca, bisa klik di sini


Hal yang bikin aku cukup ngakak plus terheran-heran adalah fakta kalau satu-satunya artikel yang berhasil publish itu aku submit saat malam hari. Sedangkan sembilan tulisan lainnya aku submit pagi, sekitar jam satuan gitu. Jadi aku mulai mikir, “Apa jangan-jangan jam submit itu berpengaruh ya?” Bisa jadi cuma kebetulan aja sih, tapi aku mendadak jadi pengen bereksperimen buat coba submit malam hari lagi. Siapa tahu kan memang berpengaruh, kayak malam yes, pagi not recommended.




Buat yang belum tahu, ada beberapa status penting yang harus diketahui sebagai kontributor IDN Times:

On Hold : Ini status abu-abu. Tulisanmu udah masuk sistem, tapi belum jelas nasibnya. Artikelmu lagi ditahan gitu buat dicek. Prosesnya bisa memakan waktu berhari-hari, bisa berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, dan nggak jelas kapan kabar lanjutannya keluar.

Publish : Nah, ini status paling ditunggu-tunggu. Artinya artikelmu lolos moderasi dan siap tayang di situs.

Revision : Artinya artikelmu sebenarnya bisa tayang tapi kamu harus melakukan revisi dulu. Biasanya akan ada catatan dari editor.

Rejected : Begitu muncul status ini, artinya nggak ada harapan. Artikelmu nggak akan tayang di IDN Times.

Selain empat status tadi, ada juga bagian Saved. Di sana ada tulisan “This space is waiting for your articles. Let’s create your first one!” lengkap dengan ikon create article yang bisa diklik. Basically, ini kayak draft area. Menurutku berguna banget kalau lagi nulis tapi belum kelar. Jadi kita bisa save dulu, terus lanjutin kapan-kapan tanpa takut hilang.

Hmm... Perjalanan comeback ini membuatku merenung sesaat. Menulis tiap hari itu bukan cuma soal disiplin, tapi juga soal ngelawan rasa malas, ide mentok, bahkan ketakutan kalau nanti kena penolakan lagi. Tapi ternyata, konsistensi itu berbuah juga. Minimal, aku bisa buktiin ke diri sendiri kalau aku still capable buat produktif nulis.

Selain itu, aku juga belajar cara mengatur ekspektasi. Dulu, aku gampang banget kecewa kalau artikel on hold terlalu lama. Sekarang, aku coba asikin aja. Artikel publish atau nggak, itu urusan editor. Tugas aku ya nulis, submit, dan kasih yang terbaik. That’s it. 




Kalau ditanya apa yang paling challenging, jawabannya jelas: konsistensi. Bayangin tiap hari harus mikirin ide baru, ngolah jadi tulisan, terus submit. Ada momen di mana aku nyaris menyerah karena kepala rasanya kosong. Tapi setiap kali lihat kalender, aku nggak mau ada bolong di rentang 13–22 September. Jadi aku bener-bener push diri sendiri. Kadang nulis sambil ngantuk, kadang sambil lihat hape tipis-tipis. Hehehe.

Pengalaman ini ngajarin aku satu hal penting, yaitu kebiasaan ternyata bisa dibangun ulang. Walau udah bertahun-tahun hiatus (yang aku kira bakalan vakum selama-lamanya), kalau ada trigger yang tepat seperti aku lihat ada orang sharing soal kontribusinya di sana lewat platform Threads, api semangat nggak tahu kenapa mulai muncul dan seiring waktu berjalan makin meletup-letup.

Jujur, aku nggak naruh ekspektasi apa-apa untuk kedepannya. Kalau sanggup sehari satu artikel, bagus. Tapi kalau suatu saat ada yang bolong, ya manusiawi. Nah, kalau ada satu hari yang bolong, besar kemungkinan hari selanjutnya akan terjadi lagi, dan kalau itu terjadi terus menerus bakalan jadi kebiasaan.

Nanamin kebiasaan baik memang bukan perkara mudah ya? Karena ada aja godaannya. Hahaha. Entah rasa malas, sibuk sama hal lain, keasikan scrolling sosmed, atau alasan-alasan lainnya.

Tapi aku percaya, kalau kebiasaan nulis terus diulang, lambat laun bakal terbiasa. Sama kayak orang yang baru mulai olahraga. Awalnya berat banget, malas gerak, selalu ada alasan buat skip. Tapi begitu udah jadi bagian dari rutinitas, rasanya aneh kalau nggak dilakuin. Aku pengen banget bisa sampai ke titik itu dalam hal menulis di IDN Times. Bukan cuma karena pengen artikelnya publish, tapi lebih ke rasa puas karena berhasil disiplin sama diri sendiri.

Yok, yok, semangattt ðŸ’ª

post signature

Posting Komentar

Tinggalkan jejak yuk ^^ Jangan pelit- pelit~ ❤