Perjalananku di YouTube

22 Januari 2021

Hai hai!

This is me, Misfil! 

Dua tahun lalu, aku seringkali membuat instastory yang berkaitan tentang kanal YouTube-ku. Itulah saat di mana aku baru kembali ke sana setelah beberapa tahun aku anggurin. 

Aku membuat kanal YouTube saat aku masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Sekitar sepuluh tahun lalu. Saat itu aku tertarik dengan lomba yang diadakan salah satu penerbit. Hadiahnya buku! Syarat lomba itu nggak bisa dibilang mudah buat aku yang nggak suka bicara. Yap, aku ditantang untuk bercerita tentang buku favoritku dan itu harus direkam. Hasil rekamannya harus diunggah di YouTube!

Saat itu YouTube bukanlah media daring yang BOOOM seperti saat ini. Aku pun butuh perjuangan hanya untuk sekadar upload. Internet yang kecepatannya seperti siput kala itu, membuatku sampai ketiduran saat menunggu unggahanku selesai. Aku butuh 8 jam lamanya untuk mengunggah satu video berdurasi sekitar hmm-kalau-nggak-salah-kurang-dari-tiga-menitan. Delapan jam? Iya, memang selama itu!

Sayangnya waktu aku mulai kepikiran buat comeback, aku masih nggak terlalu paham tentang YouTube. Dan... dengan sangat menyesal, bukannya aku ganti mode penyimpanannya dari 'publik' jadi 'pribadi', aku justru menghapus video bersejarah itu. :(

Mau bagaimana lagi... 

Sekitar akhir 2017, aku upload video perdanaku tentang book trailer salah satu ceritaku. Aku edit sesuka hatiku dengan menggunakan Movie Maker, satu-satunya software yang tertangkap mataku ada di desktop laptop. Setelah itu, aku mulai mengunggah beberapa video lainnya. Mulai dari book trailer cerita lainnya, vlog ala-ala, tutorial, dan... ya campuraduk isinya. Hingga nggak berasa, sudah seratus video lebih yang aku upload di sana.

Perjalanan YouTube versiku memang nggak singkat. Dapat 100 subscribers pertama butuh berbulan-bulan lamanya. Bahkan sekarang dengan jumlah ribuan subscribers, aku masih jadi orang yang pertama menekan tombol like di video-video baruku. Pernah kudapatkan hate comments di video yang sudah kuedit dengan sepenuh hati, pernah juga nggak kutemukan komentar apa pun di video yang proses take-nya berulangkali.

Ya, begitulah. 

Apa pun kondisinya, dari sana aku belajar untuk terus belajar. 




Jadi, inilah cerita di balik rumah daring kesekianku, YouTube.

Sekian.

post signature

6 komentar

  1. Kalo aku skrg malah lg jrg aktif di youtube krn berasa capek sendiri tp resultnya ga memuaskan. Skrg lbh fokus di blog krn jujur lbh menghasilkan dan aku blm bs spare waktu lbh utk garap youtube lg soalnya msh sambil urus anak balita. Blom lagi yg sulung lg PJJ, tisp hr kerjaan numpuk rasanya haha.. maaf jd curcol. Sukses terus buat kanal youtubenya ya say! 🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti blog masih banyak peminatnya kan? Aku kepengen seriusin keduanya mumpung masih ada waktu untuk exploring itu. Semoga aja bukan hanya sekadar kepengen aja. Hehehe. Semangat yaa, Kak, dan sukses juga. Terima kasih sudah mampir. 🤗

      Hapus
  2. Emang perlu perjuangan banget yah untuk survive di Youtube. Aku pun udah nggak sanggup untuk aktif di Youtube lagi, masih suka upload sih walau nggak rajin haha. Salut banget kamu bisa tetap bertahan walau terkadang responnya kurang menyenangkan. Semoga tetap semangat yaa dan sukses selaluuu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang pernah bikin konten, pasti tahu rasanya gimana. Ya kan? 🤗 Terima kasih sudah mampir yaa. Semangat dan sukses juga!

      Hapus
  3. wah congrats ya ka selvii 🤗, bagiku ribuan subscriber itu udah banyak loh. Semangat berkarya ka 🤗

    BalasHapus
  4. Thank you kak Farah 🤗 Semangat jugaaa!

    BalasHapus

Tinggalkan jejak yuk ^^ Jangan pelit- pelit~ ❤