Title: Dream in Love
Author: Selsara (@vyselvia)
Genre: Romance, friendship
Rated: General
Length: Chapter 2/?
Casts: Iqbaal (Coboy Junior), Hani, Rara, Risti
Pemeran pelengkap: Syifa, Dhea
Dukk! Aku menabrak seseorang atau seseorang itu yang menabrakku, entahlah.
Jam tangan orang itu jatuh. Sepertinya dia sibuk melepas jam tangan tersebut
hingga tak sengaja menabrakku. Aku bantu mengambil jam tersebut. Tangannya juga
berusaha meraih jam itu. Ketika sadar tangan kita bersentuhan, dia menarik
tangannya. Jam berwarna hitam tersebut menjadi kotor. Aku membersihkannya
sampai aku sadar bahwa aku sudah wudhu. Batal deh! “Maaf ya, aku nggak
sengaja,” katanya meminta maaf. Suaranya bagus sekali seperti suara penyanyi
terkenal. Tatapan yang dari tadi fokus hanya ke jam tangan sekarang kualihkan
ke pemiliknya.
“Heh? Kamu??” aku nggak percaya dengan apa yang kulihat. Ini seperti mimpi.
Begitu tak percayanya, aku malah menjatuhkan jam tangan tersebut.
Cowok itu tersenyum.
“Kamu Iqbaal kan?”
jari telunjukku mulai bermain peran. Aku menunjuk-nunjuk ke arah cowok itu.
Tidak percaya kalau orang yang dikagumi sejak lama ada di depan matanya.
Dia membalas dengan
senyuman. “Iya,” tangannya mulai menjamah ke permukaan dan mengambil kembali
jam tangannya. “Aku duluan ya. Maaf yang tadi,” ucapnya seraya meninggalkanku.
Aku masih diam di
depan. Melongo terdiam. Seperti mimpi. Beberapa saat kemudian, aku tersadar bahwa
aku harus mengulang wudhu. Aku langsung ke tempat wudhu kemudian melaksanakan
apa yang sudah menjadi kewajibanku.
Ketika aku sudah
selesai melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibanku, aku langsung bergegas
keluar masjid dan mencari batang hidung seseorang. Seseorang yang secara
kebetulan aku temui tadi. Seseorang yang sudah kuidolakan sejak dulu. Namun,
biar kedua mataku menjelajah tempat sekitarku tetap saja hasilnya nihil. Dia
tidak ada.
***
Pagi pun menyapa.
Kicauan burung yang merdu saling beradu menunjukkan suaranya. Aku merenggangkan
tanganku sekadar merelaksasi diri. “Hoammm…” ini masih pagi tetapi mbak Syifa
bersemangat sekali membangunkanku. Padahal hari ini hari Minggu. Seharusnya kan
hari Minggu itu waktunya untuk bersantai bukan? Lah ini malah …
“Mbak Syifa, aku
jalan-jalan ke luar dulu ya,” kataku ke seorang cewek yang sedang menyelai roti
tawar di ruang makan. “Iya, hati-hati. Jangan keluyuran lama lama,” ucapnya
memberi petuah. Aku hanya tutup telinga.
Kuhirup udara segar
yang melalangbuana. Lingkungan di sekitar sangat asri membuatku harus bersyukur
bisa tinggal di tempat ini. Aku melangkahkan kaki berjalan tanpa arah. Hilir
mudik kendaraan roda dua dan empat terus ada di indera penglihatanku.
Menurutku, jaman sekarang anak muda jalan kaki itu langka. Entah karena capek,
dikira nggak gaul, dan sebagainya.
“Huah… aku suka tempat
ini,” pujiku dalam hati.
“Baal… Baal…” teriakan
itu membuatku sontak mencari-cari dimana sumber suara itu berasal.
Teriakan-teriakan lain juga saling beradu. Tidak mau kalah satu sama yang lain.
“Baal.. jangan jangan
itu Iqbaal ku,” piker di benakku. Aku segera berlari kecil ke rumah penghasil
teriakan tersebut. Gila, kerumunan orang ada di halaman rumah berwarna oranye
muda itu. Perasaan ini masih pagi kenapa sudah banyak orang di depan rumah.
Jangan jangan memang beneran Iqbaal Coboy Junior lagi.
“Permisi, tante. Permisi,
mbak. Permisi, kak. Permisi, dek,” aku mencoba untuk ke barisan paling depan.
Namun ternyata usahaku sia-sia. “Antri ya, mbak,” ucap tante yang entah namanya
siapa.
Perasaan dari kemarin
malam usahaku selalu sia-sia. Huh. Rumah itu memang cukup besar dan berpagar.
Aku jongkok di depan pagar, berusaha menunggu sampai kerumunan orang bubar.
Sejam menunggu bukannya orangnya semakin sedikit ini malah makin banyak.
Terlihat mbak Syifa melambaikan tangannya padaku disusul dengan suara teriakan
“PULANGGGG!” dan alhasil terpaksa harus kembali ke rumah. Menunggu keajaiban
kapan bisa bertemu Iqbaal dari dekat lagi. Iya…lagi.
***
Hari pertama aku masuk
sekolah baru…
“Assalamualaikum,
anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru,” kata Ibu Avi , selaku wali
kelas sekaligus guru mata pelajaran pertama yaitu matematika.
“Cewek kah cowok, Bu?
Kalau cewek cantik nggak?” celetuk Dion, murid yang mendapat predikat paling ribut
di kelas.
“Iya, Bu. Ceweknya
juga sholeh nggak?” tanya murid yang lain menggebu-gebu.
“Sudah..sudah..
Silahkan, Hani, masuk dan langsung memperkenalkan diri,” pinta wali kelas
baruku menyambut.
Sedikit grogi aku
bergerak maju selangkah demi selangkah. Aku sedikit menunduk sesekali melihat
seisi ruangan kelas.
“Namaku Hanifa Azizah.
Panggil saja Hani. Dulu aku tinggal di kota kecil di Jawa Barat. Alasan aku ke
Jakarta karena aku adalah Comate dan untuk masa depanku,” kataku mantap tanpa
terputus-putus. “Salam kenal semuanya,”
Seseorang tersenyum
mendengar alasan yang rada gila itu. Tiba-tiba Dion nyeletuk, “Kalau ada
personil Coboy Junior satu kelas sama kamu, gimana?”
“Langsung sujud
syukur,” jawabku ceplas ceplos dan yang lain merespon dengan tertawa. Entah
menertawakan apa.
Seseorang melambaikan
tangan, “aku disini,” dan seisi kelas langsung berseru ‘cie…cieee…’.
Sadar akan yang janji
yang sudah terlontar, aku langsung sujud syukur. Asli langsung gemetar kalau
bicara di depan kelas dengan kondisi begini. Ah…karena aku SATU KELAS sama
Iqbaal. Gimana nggak shock? Gimana nggak merinding? Asli senang banget!
“Hani, silahkan kamu
duduk di bangku yang kosong itu ya,” perintah Bu Avi dengan gerakan tangan yang
mendukung.
Aku segera duduk di
bangku yang dimaksud. “Hai, kenalin aku Hani,” tegurku duluan sambil
menyodorkan tangan. “Aku Rara. Udah tau kok,” dia menjabat tangan sebentar dan
langsung dilepas cepat. Aku hanya membalas dengan senyuman meskipun aku yakin
Rara tak mungkin melihat itu.
“Hei!” teman depan
bangkuku mengarah ke aku. Dia menyapaku. Ya…aku langsung grogi dan seketika
jadi orang gagap. Gimana nggak gagap kalau yang nyapa duluan itu……Iqbaal.
Entah kesambet apaan
jadi ngomong nggak jelas gini. “Engg… iya ehhh engg hei juga,” balasku malu.
“Santai aja kalau sama
aku. Hahaha” kata Iqbaal sambil tertawa kecil. Manis sekali.
Rara menatapku sejenak
dengan ketus. “Ssst… Berisik! Dengarin Bu Avi lagi menerangkan coba,”
“Ok!” kataku kecil
sambil menaikkan jempol kananku ke atas. Iqbaal pun langsung membenarkan posisi
duduknya ke depan.
***
Tengggg tengg…
Bel tanda berakhirnya mata
pelajaran berbunyi. Seluruh isi kelas bersorak senang. Meja penuh dengan
buku-buku. Mulai dari catatan matematika yang belum sempat selesai kucatat
sampai coretan penuh angka dan huruf. Sebenarnya aku sudah pusing karena baru
hari pertama sekolah sudah dikasih banyak PR namun gara-gara didepanku ada
penyemangat, rasanya apapun beban di kepala langsung sirna.
Dia menoleh ke arahku. Refleks
penyakitku kumat, grogi mulai kambuh. “Nanti pulang sama-sama yuk… Aku
dengar-dengar rumahmu satu kompleks sama aku. Lagipula kan nggak jauh banget
dari sekolah,” ajak seorang pangeran berbehel itu. Dalam hati aku berkata
dengan pede, “Ya elah, siapa juga yang bakal nolak kalau diajak pulang bareng
kamu, Baal”
“Tapi… eng… nanti fans
kamu marah lagi,” kataku sok jual mahal. Padahal di ujung lidah sudah ingin
berteriak IYA.
Dia geleng-geleng.
“Hahaha. Memangnya aku punya fans?” tanyanya merendah, pengen dijitak. Bogem mentah
dengan perlahan mendarat mulus di kepalanya.
“Sakit tau,” dia
mengelus-elus kepalanya. Hahaha ekspresinya jauh berbeda dengan yang sering
kusaksikan di layar kaca. Yang ini lebih alami karena kusaksikan langsung dari
kedua mataku.
Suasana kelas sudah
sangat sepi. Hanya tinggal aku dan Iqbaal yang dari tadi ngoceh nggak karuan,
Wiwi yang lagi melaksanakan tugas piket, serta Rara yang dari tadi sibuk dengan
kalkulator.
“Pulang yuk… Nanti
keburu sore lagi,” ajak Iqbaal lagi. Kertas-kertas masih berserakan di atas
mejaku. Aku berusaha mengumpulkan dengan cepat ketika mata Iqbaal bergerak
curiga. Dia mengambil beberapa kertas dengan satu tangan.
Dia membaca dengan
seksama goresan coretanku sewaktu pak Kautsar menjelaskan materi matematika –Persamaan
Linier Dua Variabel-.
@iqbaale, akhirnya kita ketemu. Akhirnya dan akhirnya. Aku senang
banget!
Matanya langsung menatapku dengan tatapan aneh. “Segitu ngefansnya ya kamu
sama aku?” tanyanya agak ketus. “Enggg… Sudahlah! Lupakan aja tulisan itu.
Anggap aku nggak nulis itu semua,” jawabku nggak kalah ketus sambil merampas
cowok berparas tampan di depanku. Kuremas coretan tersebut dan mencoba lakukan
headshot ke tong sampah tapi gagal. Iqbaal mengambil sesuatu yang sudah
kuanggap barang tak penting yang sekarang tergeletak di lantai. Ia memasukkannya
ke dalam ransel miliknya.
“Loh? Buat apa?”
tanyaku dengan ekspresi heran.
Dia masih menatapku
sama dengan yang tadi. “Yuk pulang!” ajaknya di ujung pintu. Aku mempercepat gerakan
dan bergegas ke arahnya dengan langkah ragu. “Yuk!”
***
Rasanya aku tak ingin
mengenal yang namanya waktu. Aku ingin ini bisa selamanya terjadi. Aku ingin
dia yang di sampingku bisa terus seperti ini. Ya! Aku ingin itu semua terjadi.
Langkah kaki kita berjalan
beriringan. Dia di sampingku. Persis! Seperti mimpi tapi ini nyata kok. Pasti
nyata. Aku berhenti mendadak hingga langkah kakinya ikutan berhenti. “Aawwww!”
spontan aku teriak karena mencubit pipiku sendiri sekuat-kuatnya.
Dia menatapku dengan
sorotan tajam, mungkin dikiranya saraf otakku mulai putus . “Hei! Hei, Hani!
Kamu kenapa? Sakit? Enggak kok,” kata Iqbaal sambil tangan kanannya menyentuh
keningku.
Aku tertawa kecil
sendiri. Biar orang lain mau menilai apa, terserah! Saat ini aku tidak
memikirkan hal tersebut. Mataku mulai berkaca-kaca. Aku menunduk dan berusaha
mencegah airmata ini tidak jauh tapi hasilnya nihil. “Aku kira ini mimpi.
Sekarang kamu di sampingku, Baal. Entah gimana rasanya Comate lain kalau jadi
aku. Aku yakin pasti seneng banget!” kataku sambil menghapus airmata ini lagi.
Dia merogoh isi ransel
bagian depannya. “Pakai ini,” dia menyodorkan sapu tangan miliknya dan tanpa ba-bi-bu
aku langsung mengambil itu.
Waktu sekarang terasa
berhenti berputar. Aku terus menangis walau aku mencoba untuk berhenti
menangis. Dia pun hanya diam dan melihat airmataku terus mengalir. Aku malu.
TO BE CONTINUED
hm. semoga kenyataan.
BalasHapuslanjut dong. pnasaran hihii.
BalasHapussemangat menulisnya ya :D
BalasHapusoya mbak mohon maaf bisa minta bantuan isi kuesioner penelitian saya tentang belanja online disini http://goo.gl/TtxTqf
terima kasih :D
iya aku juga penasaran sama ceritanya
BalasHapuslanjut dong :')
BalasHapusbacanya kayak yg nyata lho :')
Terimakasih atas semua komennya ^^
BalasHapusLanjut ga yaa?
Smg jadi Kenyataan!!! Amin!!! Lanjut Aja!!!
BalasHapus