Dream in Love [Part 1]

4 Juli 2013


Title: Dream in Love
Author: Selsara (@vyselvia)
Genre: Romance, friendship
Rated: General
Length: Chapter 1/?
Casts: Iqbaal (Coboy Junior), Hani, Rara, Risti
Pemeran pelengkap: Syifa, Dhea


                “Mau berapa lama kamu melototin poster itu?” tanya Ibu setengah heran dengan sikap anak semata wayangnya ini.
                “Selama-lamanya pokoknya,” jawabku serius.
                “Bu tau nggak?”
                “Tau apa?”
                “Kemarin mereka dapat awards di AMI Awards loh, Bu! Hebat ya…!” sekarang aku berganti haluan. Yang tadinya menatap poster, sekarang menatap Ibunya sambil memegang erat kedua tangan beliau. Saking bangga terhadap idolanya.
                Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan sikap buah hatinya. “Iya… iya… Ibu tau. Ini sudah kesekian kalinya kamu bilang. Sudah, makan siang dulu sana,” ucap Ibu sambil mencubit gemas kedua pipiku.
***



                Langit biru mulai menuangkan semburat merah jingga di cakrawala. Goresan indah mengukir di langit-langit. Aku duduk di depan rumah sambil melihat lalu lalang orang yang sedari tadi lewat. Duduk termenung sambil memikirkan seseorang yang pastinya tidak mungkin memikirkannya.
                Seseorang menepuk bahuku, refleks aku sontak terkejut. “Eh, kamu Risti” aku menemukan pelakunya yang malah nyengir setelah melakukan aksinya. Iya, dia sahabatku dari kecil. Kupanggil dia dengan nama ‘Risti’.
                “Hani, kamu lagi ngelamunin apa sih? Kok sampai aku mondar mandir kayak setrika nggak kamu lirik,” kata cewek berjilbab itu. Kini ia duduk di sampingku. Menemaniku.
                Aku menatap sahabatku sejenak. “Lagi mikirin Iqbaal. Hmm… dia lagi apa ya? Pengen ketemu… Kamu tau kan rasanya galau gini? Ah, nggak enakin!” curhatku padanya. Dia meresponku dengan tertawa terbahak-bahak. Aku cemberut ketika kutemukan dia malah menertawakan omonganku yang serius.
                “Nggak kok… nggak… jangan marah dulu! Gini loh, Iqbaal itu terkenal, ganteng, sibuk, terus …..” aku tau Risti bakal bilang kalau mimpiku terlalu tinggi.
                “Terus aku sama Iqbaal itu nggak mungkin bersatu. Nggak mungkin ketemu. Nggak mungkin dekat. Blablabla,” mukaku langsung pasang tampang bete.
                “Bukan gitu! Mimpi boleh kok tinggi tinggi. Cuma kamu harus sadar posisimu sekarang itu apa,”  ceramah Risti membuatku langsung ingin bergegas memasuki kamar. “Udah ya, Ris. Aku malas berdebat. Bye!” perkataan ini menutup pembicaraan.
***

                Ibu langsung keselek ketika aku mengutarakan tekad bulatku. “APA? Ke Jakarta?”
                Mata Ibu membulat dan merasa aku mulai tidak waras. “Kamu mau pindah sekolah ke Jakarta? Yakin?” ayah yang dari tadi sibuk dengan membaca koran akhirnya ikut nimbrung.
                “YAKINNN!! 1000 persen!” kataku bersemangat. “Boleh ya, Bu? Yah, boleh ya?” rayuku setengah memaksa.
                “Jangan bilang kalau kamu pindah ini karena si Lele siapa lah itu,” tebak Ibu berusaha menggali informasi sedalam-dalamnya.
                “Namanya Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, Bu. Bukan Lele,” ralatku dengan cepat.
                “Ibu ya… plis… Ayah, bujuk Ibu dong untuk merestui impian dan masa depan anaknya ini,” rayuku pada kedua orangtuaku. Aku berharap misi ini sukses supaya aku bisa terus terusan ketemu Iqbaal. Yeah!
                Ibu bangkit dari kursi dan merapikan posisi kursi tersebut. “Ibu ke kamar duluan,” kata Ibu lalu pergi meninggalkan kita berdua.
                Aku memalingkan wajah ke arah ayah. Menatap beliau dengan tatapan menggoda. “Yah, bujuk Ibu ya… Ini demi masa depanku,” ulangku berharap mendapatkan kata ‘YES’.
                “Keputusan ini tidak semudah yang kamu kira. Di luar sana dunia itu keras,” ceramah Ayah langsung mendapat respon buruk olehku. “Hoams… Yah, aku ke kamar duluan ya… Good night, Ayah,” aku mengecup kedua pipi Ayah kemudian bergegas memasuki alam mimpi. Berharap malam ini bisa memimpikan personil Coboy Junior kebanggaannya itu. Ya, seandainya mimpi boleh direquest sesuka hati.
***

                1 minggu kemudian…
                “APAAAA?? Dibolehin? Seriusssss? YEAHHHHH” kataku seperempat teriak karena begitu bahagia.
                Kedua orangtuaku yang cantik dan ganteng ini hanya bisa menatap heran melihat tingkah lakuku. Mungkin dalam hati Ibuku, beliau sedang memikirkan dulu waktu aku masih di perut beliau ngidam apa sampai dia bisa melahirkan anak yang cerewet kayak aku gini.
                Ibu mulai berbicara. “Iya, kamu boleh ke Jakarta. Kamu boleh pindah sekolah yang kamu mau asalkan kamu ke sana sama mbak Syifa yang kebetulan mau melanjutkan SMA di Jakarta,” Ibu akhirnya memberikan lampu hijau. Syifa adalah sepupu aku. Kita hanya berbeda satu tahun tapi karena dia sempat ikut aksel makadari itu sekarang dia sudah mau menduduki bangku SMA. Mbak Syifa juga orangnya easy going dan enak diajak ngobrol jadi bayanganku tentang masa-masa di Jakarta mulai bermunculan.
                “Oke, bos! Siap!” kataku sambil hormat.
                “Jangan lupa untuk tidak terlalu baik sama orang yang tidak dikenal! Jangan mudah percaya sama orang! Jangan boros! Jangan lupa waktu kalau berpergian!” tidakkkk… kenapa Ayah malah jadi berkhotbah begini. Aku hanya nyengir sambil mengucapkan kata ‘ya’ agar Ayah senang mendapatkan respon yang beliau inginkan.
                “Yasudah, Bu, Yah… Aku packing dulu ya… Kan besok sudah mau merantau,” kataku bernada bahagia campur sedih. Bahagia karena keinginanku sebentar lagi bakal terwujud. Sedih karena harus berpisah sementara sama kedua orangtuaku. Hah, kenapa di dunia ini musti ada yang namanya ‘sedih’ sih. Arrgghh…
***

                Aku sibuk dengan duniaku yakni memeriksa semua barang apakah ada yang tertinggal atau tidak. Sepertinya semua sudah siap. Handphone, bawa. Kartu ATM, bawa. Dompet, bawa. Hati buat ketemu Iqbaal, yap… bawa!
“Han, kamu mau pergi ke mana? Kok bawa tas banyak?” Risti tampak kanget melihatku keluar membawa tas jinjing dan juga koper.
Deretan gigi yang mempesona kuperlihatkan. Aku tersenyum pada sahabat yang berada di depanku saat ini. “Aku mau pergi ke Jakarta, sob,” jawabku senang. Iya, aku memang sedang berbahagia karena impianku sejak tahun 2011 yaitu ketemu Coboy Junior terutama Iqbaal sudah sedikit menemui titik temu. Dari dulu aku ingin ketemu tapi banyak sekali kendala. Kendala terberat adalah belum mendapat restu dari orangtua.
Risti malah mencegahku untuk tidak pergi. “Han, kamu nggak pergi gara-gara ….” Belum selesai Risti mengucapkan kalimatnya aku langsung berkata, “Nggak lah. Aku nggak mungkin pergi hanya karena kemarin kemarin kita cekcok mulut. Kamu kira ini sinetron atau fanfiction apa. Aku pergi ke Jakarta dan melanjutkan sekolahku di sana karena ….. impianku, karena mimpi-mimpiku,” kataku sambil melepas genggaman Risti yang berusaha untuk aku tetap tinggal di kampong halaman.
Ekspresi Risti langsung berubah seketika. Tak ada lagi segores senyuman yang tertempel di raut wajahnya. Dia sedih. Apakah bersedih karenaku? Ah… itu pasti. Aku juga sedih meninggalkan Risti yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri yang hari ini berantem besok sudah baikan lagi.
“Jaga diri baik baik ya,” pesanku sambil menepuk bahu Risti. Dia malah berusaha nyengir padahal ada tetesan air mata yang mengalir. “Yeee… harusnya aku yang bilang gitu tau!”
“Haniiii… Yuk! Mbak Syifa sudah siap nih. Let’s go!” seru mbak Syifa yang langsung masuk ke dalam mobil.
Kupeluk erat Risti lalu kulepaskan. Aku salim kedua orangtua serta mengecup pipi Ibu. “Aku pergi dulu ya semua!” ucapku kemudian pergi dan memasuki mobil. Di dalam mobil aku sempat melambaikan tanganku. Mobil pun melaju menuju Jakarta.
***

Sampai di Jakarta…
Aku dan mbak Syifa turun di depan rumah sederhana berwarna abu-abu. Rumah itu terdapat dua pohon besar yang rindang. Di situlah, kita berdua tinggal. Kebetulan rumah itu sudah disewa sama orangtua kita jadi nggak perlu deh yang namanya nge-kost.
Mataku sibuk menjelajah sekelilingku. “Mbak, ini di jalan apa sih? Kok kayak nggak asing gitu,” aku memberanikan diri untuk membuka pembicaraan. “Jalan Pondok Kopi, Hani,” jawaban singkat itu membuatku berpikir keras. Jalan Pondok Kopi… Itu kan…
“HAH?? Pondok Kopi? Itu kan jalan rumah Iqbaal,” aku memegang tangan mbak Syifa dan mengajaknya untuk loncat loncat. “Yey!!”
Mbak Syifa mengajakku untuk masuk ke dalam. “Heh, Han, mau sampai kapan kita di luar. Masuk yuk ntar dikira kita anak hilang lagi,”
“Yukkkk!” aku langsung bersemangat 45.
***

Adzan maghrib sepertinya akan berkumandang karena hari sudah semakin gelap. Suara orang mengaji yang terdengar dari sini memang tidak terlalu nyaring sehingga aku bisa menebak jarak rumah ke masjid itu agak jauh. Tapi meskipun begitu aku bersemangat untuk shalat di masjid. Aku sudah siap untuk melaksanakan kewajibanku sebagai umat Muslim. Langkahku dengan masjid tinggal sebentar lagi sampai. Masjid megah itu sudah ada di depan mata. Selangkah lagi!
Bismillah… Saatnya menunaikan ibadah shalat maghrib.
Dukk! Aku menabrak seseorang atau seseorang itu yang menabrakku, entahlah. Jam tangan orang itu jatuh. Sepertinya dia sibuk melepas jam tangan tersebut hingga tak sengaja menabrakku. Aku bantu mengambil jam tersebut. Tangannya juga berusaha meraih jam itu. Ketika sadar tangan kita bersentuhan, dia menarik tangannya. Jam berwarna hitam tersebut menjadi kotor. Aku membersihkannya sampai aku sadar bahwa aku sudah wudhu. Batal deh! “Maaf ya, aku nggak sengaja,” katanya meminta maaf. Suaranya bagus sekali seperti suara penyanyi terkenal. Tatapan yang dari tadi fokus hanya ke jam tangan sekarang kualihkan ke pemiliknya. 
“Heh? Kamu??” aku nggak percaya dengan apa yang kulihat. Ini seperti mimpi. Begitu tak percayanya, aku malah menjatuhkan jam tangan tersebut.
Cowok itu tersenyum.

TO BE CONTINUED

15 komentar

  1. Aku suka , aku suka , haha :D

    BalasHapus
  2. lanjutin ya;) aku suka sama jalan ceritanya :D

    BalasHapus
  3. Aldila rizka diana5 Juli 2013 pukul 15.28

    Lanjutin yaa puco ;)

    BalasHapus
  4. Sudah, makan siang dulu sana,” ucap Ibu sambil mencubit gemas kedua pipiku.

    kayak iklan miee sedapp .. :D

    lanjutannya ditunggu

    kalimattakbermakna.blogspot.com

    BalasHapus
  5. Fiksinya bagus kak :D

    mampir ke blog aku ya kak snortrom.blogdetik.com

    BalasHapus
  6. Fiksinya bagus kak :D

    jangan lupa mampir ke blog aku ya snortrom.blogdetik.com

    BalasHapus
  7. Terimakasih atas semua komennya :3
    Lanjutin ga ya?

    BalasHapus
  8. keren keren :) nambah inspirasi nih :D

    BalasHapus

Tinggalkan jejak yuk ^^ Jangan pelit- pelit~ ❤