Hari itu hari Senin. Langit masih setengah gelap. Aku, beberapa anggota keluarga, dan suasana pagi yang nggak neko-neko. Semua masih terasa normal. Kami bersiap untuk perjalanan keluar kota untuk keperluan medis yang nggak bisa ditunda, jadi kami udah bersiap dari malam sebelumnya.
Sebelum benar-benar berangkat, aku sempat berdiri di depan rumah. Pamitan dulu dengan dua saudaraku yang nggak ikut. Kami berbicara sejenak, saling kasih salam, lalu aku masuk mobil. No bad feeling. Seingatku nggak ada firasat apa-apa. Just a regular Monday morning.
Belum ada sepuluh menit kami meninggalkan rumah, tiba-tiba ada suara notifikasi masuk ke HP saudaraku yang duduk di sebelahku. Dia lihat, terus terdiam. “Eh... katanya ada kebakaran di XXXXXX,” katanya sambil menatap kembali pesan dari temannya yang kebetulan lewat lokasi kejadian.
Lalu masuk lagi chat berikutnya. Dan kali ini... boom. Lokasi spesifiknya disebut. Itu bener-bener cuma beberapa langkah dari rumahku.
Jantungku langsung berdebar. Aku langsung chat saudaraku yang masih di rumah dan benar, ada kebakaran di sekitar rumah. Saudaraku sempat mengaku syok lantaran ada suara boom sampai tiga kali.
Saat itu posisi mobil kami udah di Jalan Poros Sangatta - Bontang. Kami nggak bisa putar balik. Perjalanan harus lanjut, tapi hati ini rasanya kayak ditarik ke belakang. Ingin pulang. Ingin lihat. Ingin bantu. Tapi nggak bisa.
Sepanjang jalan aku terus scroll medsos, menunggu kabar dari beberapa akun Sangatta, sambil tetap komunikasi sama saudara yang tinggal di rumah. Dia bilang pemadam kebakaran udah datang, masih proses pemadaman.
Total ada empat rumah dan beberapa kendaraan roda dua yang dilalap si jago merah.
 |
Sebelum & Sesudah |
Aku terduduk diam. Di dalam mobil. Lihat langit yang masih agak gelap, tapi sekarang terasa lebih mencekam. Pikiran udah kemana-mana. What if kami belum berangkat waktu itu? What if rumah kami ikut terbakar? Semua ‘what if’ itu muter di kepala tanpa henti.
Aku benar-benar bersyukur. Bersyukur kami dan orang-orang rumah selamat. Bersyukur api nggak menyambar lebih luas. Bersyukur rumah dan segala isinya aman. Tapi di sisi lain... juga sedih. Karena mereka yang rumahnya terbakar, kehilangan segalanya dalam hitungan menit.
Malam itu, waktu kami sudah ada di tempat menginap setelah menunggu berjam-jam di rumah sakit, seharusnya aku sudah lelah dan bisa langsung tidur, tapi nyatanya aku nggak bisa tidur. Sebenarnya aku udah sering insomnia dan aku nggak bangga dengan itu.
Senin itu mengajarkanku satu hal penting: hidup itu benar-benar nggak bisa diprediksi. Kita nggak pernah tahu apa yang bakal terjadi dalam hitungan menit bahkan detik.
Jadi dari Senin itu aku bawa pulang pelajaran: jangan pernah anggap remeh hal kecil dan jangan pernah merasa aman dalam zona nyaman tanpa siap hadapi perubahan. Aku percaya, hidup yang nggak bisa diprediksi ini justru kesempatan buat kita tumbuh, buat kita belajar jadi lebih baik. Kadang, baru setelah kehilangan kita sadar, apa sih yang bener-bener berharga?
Dan sekarang aku mau bilang ke diri aku sendiri, dan mungkin juga ke kamu yang baca: stop worrying too much about the future. Stop takut sama ketidakpastian. Lebih baik fokus syukurin apa yang ada, dan siapin mental buat apa pun yang bakal datang. Because life will always throw surprises at you, whether you’re ready or not.
Posting Komentar
Tinggalkan jejak yuk ^^ Jangan pelit- pelit~ ❤