Sakit

14 November 2012

A: Menurutmu apa yang lebih menyakitkan dari sakit hati?
B: Melihat orangtua sakit.
---

Aku mendengar. Aku melihat. Tapi, bukan yang di depanku yang kutatap, yang kudengar. Hanya sebuah ilusi.

Ketika sorot mataku mengarah ke satu titik tersebut, aku hanya bisa terdiam. Melihat dari kejauhan dan bersikap tenang. Ok, usaha untuk tenang maksudnya. Mataku mulai berkaca-kaca. Jujur saja, ini lebih dari galau ababil yang akhir-akhir ini lagi fenomenal. Ini mungkin berpuluh-puluh kali lipat dari itu.

" Ayo... Makan, bu. Aaaa," ucap bapak dengan sabar sambil terus berusaha menyuapi ibuku.
" Sudah," jawab ibuku datar sambil menghadang sendok yang berusaha untuk masuk ke dalam mulutnya.
" Sedikit lagi. 3 sendok lagi ya. Gimana cepat sembuh kalau tidak makan?" bujuk bapakku sambil berusaha memberikan energi lewat makanan yang sedari tadi dipegang beliau.
---

Ibuku mulai kembali lagi seperti dulu. Dihitung yang ini, jadi yang ketiga kalinya.
Jalannya mulai kaku. Sulit untuk tidur. Makan pun susah, harus dibujuk sama bapak baru mau. Mandi pun jarang sepertinya. Bicara pun terkadang suka kemana-mana. Bahas A, yang ditanggapi jadi Z. Bahkan, kalau ibuku tidak tenang, bisa bahaya urusannya. Dibutuhkan morfin untuk menenangkannya. Iya. Morfin.
Lagi-lagi aku berusaha untuk tenang. Mencoba untuk tidak meneteskan airmata yang jelas-jelas akan sangat mustahil. Karena seberapa kuatnya aku berusaha untuk tegar, hati kecil ini tak dapat berdusta.
" Bu, cepat sembuh..." ucapku lirih sambil mencium pipi ibuku.

2 komentar

Tinggalkan jejak yuk ^^ Jangan pelit- pelit~ ❤