Berharap

Langkahku semakin tak menentu. Aku hanya melangkah sesuai alur yang dibuat tanpa ada alasan yang kuat.



31/7/2012
Aku hanya bisa terdiam.
Diam terpaku.
Melamun dan memikirkan hal-hal yang 'sepertinya' tidak ada gunanya.
Aku berharap aku bisa tersenyum selama aku bisa dan mampu, tapi ternyata itu tak semudah yang dibayangkan.
Terlalu memaksakan kehendak juga percuma.
Pagi ini, di sekolah, aku terus menerus melihat ke luar dari balik jendela. Di setiap guru menerangkan, pikiranku kemana-mana. Guru nanya apa, aku jawabnya apa. Tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.
Mendengar kabar beberapa orang yang 'kusayangi' mendadak 'sakit', aku langsung tak bisa banyak komentar. Kenapa harus mereka? Yang satu, kena cacar. Yang satunya, aku tak tahu keadaannya seperti apa, yang jelas jarinya hampir .........
Aku tidak berani menanyakan kabar mereka berdua, terutama si cacar, si ex-ku. Aku hanya bisa mengetahui kabar mereka dari beberapa 'mata-mataku'. Hubungan yang semakin abstrak membuatku sulit untuk bergerak dengan bebas. Serba takut rasanya!

Tapi aku harus tetap melangkah.
Perlahan tapi pasti aku pasti bisa tidak mengingat lagi soal si ex. Tidak membahas soal si ex. Apapun soal si ex.

Terus melangkah perlahan menuju suatu titik kebahagiaan.
Meski kutahu tak ada kebahagiaan yang abadi di 'dunia' ini.


Do'akan kedua '.................'-ku kondisinya baik-baik saja ya, selalu sehat, dan kuat.
Selalu dilindungi dan diridhoi oleh Allah SWT.

Tak perlu timbal balik, aku tetap berharap mereka dapatkan yang terbaik.